Kenapa Usia 7 Tahun Dijadikan Patokan Masuk SD?
Sejak satu dekade terakhir, Kemendikbud RI telah menetapkan usia 7 tahun sebagai syarat pertama dan utama bagi calon peserta didik sekolah dasar (SD). Aturan ini tidak hanya berlaku untuk sekolah-sekolah negeri, melainkan juga international primary school yang beroperasi di Indonesia. Jika dibandingkan dengan syarat usia di awal tahun 2000-an, ketetapan ini bertambah satu (tahun). Lantas, apakah pertimbangan di balik aturan baru ini?
Melansir Kompas.com, Kemendikbud RI merevisi syarat tersebut dengan pertimbangan pada empat aspek berikut:
- Pertimbangan pertama terletak pada kondisi fisik anak. Pasalnya, di usia tujuh tahun, rata-rata anak sudah memiliki gerak motorik yang lebih bagus serta otot dan saraf yang sudah terbentuk lebih baik. Sehingga, kebutuhan dirinya ketika di kelas—seperti memegang pensil untuk menulis—bisa ia lakukan sendiri tanpa masalah. Selain itu, anak usia tujuh tahun juga dinilai sudah lebih siap buat duduk setengah hari (dari 7 hingga 10 atau 11 pagi) di dalam kelas tanpa merasa risih.
- Pertimbangan kedua adalah aspek psikologis anak. Sebab, dalam teori perkembangan anak, kemampuan berkonsentrasi anak baru mulai terbentuk menuju sempurna di atas usia 6 tahun. Jadi, kendati secara intektual anak usia bawah 7 tahun sudah mampu menyelesaikan soal-soal pelajaran, ia masih kurang cakap soal berkonsentrasi di kelas. Akibatnya, anak berpotensi kesulitan memilah mana hal yang harus diperhatikan dan diabaikan. Kondisi ini berdampak pada hilangnya motivasi anak untuk pergi ke sekolah.
- Membaca, menulis, dan berhitung atau calistung adalah salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak sebelum masuk SD. Nah, rerata anak-anak yang telah berusia di atas 6 tahun sudah fasih dan paham soal ketiga kecerdasan kognitif ini. Selain itu, anak yang masuk SD juga sudah diharapkan mampu ikuti instruksi guru juga paham dan bisa kerjakan soal-soal yang diberikan oleh pengajar.
- Pre-school atau sekolah dini, baik PAUD ataupun TK, punya konsep pembelajaran yang berbeda jauh dengan SD. Sebab pada masa tersebut, setiap anak mendapat perhatian dan pengertian yang adil juga dalam dari pengajar. Alhasil, anak akan punya ikatan emosional dengan guru, dan sebaliknya belum punya kemandirian yang kokoh. Metode ini berbeda betuul dengan konsep pembelajaran di SD, yang tidak memerhatikan siswa satu per satu melainkan secara keseluruhan. Seperti yang sudah diulas pada poin-poin sebelumnya, anak berusia 7 tahun dinilai sudah bisa mandiri serta membedakan mana yang penting dan tidak penting untuknya.
Itulah 4 alasan utama di balik ketentuan usia 7 tahun dijadikan patokan masuk SD. Semoga informasi di atas bisa membantu Anda, ya.