Upacara Metatah di Bali

Masyarakat Hindu di Pulau Bali tidak pernah lepas dari berbagai ritual dan upacara keagamaan, dari mulai sejak baru lahir hingga meninggal dunia. Upacara keagamaan yang tidak bersifat sakral dan rahasia atau dapat disaksikan oleh masyarakat umum bahkan sering digunakan untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke pulau ini. Karena itulah ada saat-saat tertentu dimana Hotel di Bali semakin dipenuhi oleh pengunjung di banding hari-hari biasanya.

Upacara Metatah baliSalah satu upacara keagamaan yang wajib untuk dilakukan semua masyarakat Hindu di Bali yaitu Upacara Metatah, atau mungkin banyak yang lebih mengenalnya dengan Upacara Potong Gigi. Ada tiga istilah di Bali yang digunakan untuk menyebut upacara potong gigi ini, yaitu Metatah, Mesanggih, dan Mepandes. Metatah (atatah = pahat) merujuk pada tata cara pelaksanaan upacara ini, yaitu kedua taring atas dan empat gigi seri rahang atas dipahat tiga kali secara simbolis, sebelum dilakukan pengasahan lebih lanjut. Mesanggih (Sanggihan = mengkilap) berasal dari proses pengasahan gigi seri dan taring atas dengan pengasah sehingga mengkilap, sedangkan Mepandes merupakan bahasa Bali halu dari Mesanggih.

Upacara Metatah ini dianggap sakral dan wajib untuk dilakukan oleh anak-anak yang telah beranjak dewasa, pada perempuan ditandai dengan menstruasi dan pada laki-laki yang telah akil baliq atau telah mengalami perubahan pada suaranya. Dengan melakukan upacara ini artinya anak dihantarkan kesuatu kehidupan yang mendewasakan diri mereka atau disebut juga niskala. Upacara keagamaan ini diniatkan untuk mengendalikan 6 sifat buruk dalam manusia yang sering juga disebut sad ripu, yaitu:

  • Hawa nafsu
  • Keserakahan
  • Kemarahan
  • Mabuk Membutakan Pikiran
  • Perasaan Bingung
  • Iri Hati

Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan kegiatan upacara metatah ini diperbolehkan, hanya saja karena upacara ini bersifat sakral, sehingga ada beberapa aturan yang harus diikuti oleh wisatawan, yang terkadang membuat wisatawan merasa tidak leluasa. Contohnya saja seperti wisatawan yang datang harus digendong untuk dapat masuk ke pelataran rumah, tujuannya adalah untuk menjaga kesucian. (Yv)