Mengenal 3 Jenis Pertambangan Berdasarkan Lokasi
Mendengar kata “tambang”, yang ada di dalam pikiran kita biasanya adalah sebuah lubang besar yang biasanya berada di pegunungan dengan beragam alat berat besar berseliweran di dalamnya. Nah, yang kita bayangkan itu merupakan tambang terbuka. Ternyata selain tambang terbuka (surface mine), masih ada dua jenis pertambangan lainnya yakni tambang bawah tanah (underground mine) dan tambang bawah air (underwater mine). Seperti namanya, tambang bawah tanah merupakan penambangan mineral yang dilakukan dengan membuat terowongan bawah tanah. Sementara tambang bawah air merupakan penambangan yang dilakukan di bawah air baik dangkal maupun dalam. Metode ini merupakan metode penambangan yang relatif baru.
Ketiga jenis penambangan ini sudah banyak digunakan secara umum baik di luar negeri maupun di Indonesia. Ketiganya tentu memiliki karakteristik serta keuntungannya tersendiri, seperti:
Tambang Terbuka
Pada tambang terbuka, kegiatan penambangan dilakukan di atas permukaan bumi. Penambangan ini bisa digunakan untuk mineral jenis endapatan bijih (ore) dan endapan seperti batu bara, batu gamping, dan granit. Ada beragam keuntungan yang bisa dirasakan dari metoda pertambangan terbuka ini, misalnya saja ongkos penambangan yang lebih murah, pemakaian alat berat yang lebih besar sehingga mampu memproduksi lebih banyak hasil tambang, hingga relatif lebih aman dari bahaya longsor bila dibandingkan dengan pertambangan bawah tanah.
Tambang Bawah Tanah
Pada metode tambang bawah tanah, biasanya melaui dua tahap yakni tahap pengembangan atau development yakni penggalian batuan tak berharga sebagai jalan masuk dan fasilitas bawah tanah. Setelah itu dilanjutkan dengan tahap produksi (production) di mana pada tahap ini dilakukan penggalian mineral seperti emas, tembaga, seng, timbal, dan nikel.
Untuk masuk ke area pertambangan ini, biasanya digunakan beberapa akses atau jalanan yang dibedakan sesuai dengan fungsinya. Misalnya saja Ramp yang dibuat melingkar sebagai jalan akses kendaraan dan alat berat. Kemudian ada Shaft yang merupakan lubang vertikal yang dijadikan semacam lift untuk mengangkut mineral, orang, atau alat tembang.
Tambang Bawah Air
Tambang bawah air ini bisa dilakukan baik pada lingkungan perairan dangkal (danau, sungai, dan pantai) maupun pada perairan dalam (samudra). Metode yang digunakan pada penambangan ini pun berbeda sesuai dengan lingkungan perairan lokasi penambangan, misalnya saja Bucket dredging, Suction dreging, dan Grab dreging pada air dangkal, serta Hydraulic system, Continous line bucket (CLB) system, dan Modular System atau Shuttle mining pada laut dalam.
Pada penambangan di laut dalam, lokasi atau situs penambangan biasanya berada di sekitar kawasan hidrotermal aktif atau nodul polimetalik di kedalaman 1.400 hingga 3.700 meter di bawah permukaan laut. Celah tersebut memproduksi deposit sulfida yang berisi emas, tembaga, mangan, kobalt, dan emas. (raw)