Mengenal Lebih Dekat Klitik dalam Bahasa Makassar
Setiap daerah di Indonesia memiliki bahasa daerahnya sendiri. Sebut saja Makassar. Kota yang terkenal dengan Pantai Losari ini biasanya menggunakan Mangkasara’ sebagai media komunikasi masyarakatnya. Di dalam bahasa Mangkasara’ sendiri terdapat beragam afiks serta serangkaian klitik (klitika) yang kerap digunakan masyarakat. Misalnya, untuk klitik, memakai konsonan kata mi, ji, ki, dan lainnya. Buat kamu yang belum terbiasa mendengarnya, mungkin akan kesulitan untuk menerjemahkannya, terutama saat liburan dan menginap di hotel di Makassar.
Pengertian Klitik (klitika)
Sebelum membahas mengenai klitik dalam bahasa Makassar, ada baiknya kamu mengetahui apa sebenarnya pengertian dari klitik atau klitika tersebut.
Menurut Wikipedia Indonesia, klitik atau klitika merupakan morfem bebas, tapi secara fonologi terikat pada frasa atau kata lain. Artinya, saat dieja klitik atau klitika akan terdengar seperti imbuhan, namun secara kelas kata klitika berada di tingkat frasa. Umumnya, klitik terbentuk dari penyingkatan kata yang sebenarnya adalah morfem terikat berbeda dengan imbuhan.
Nah, secara teoritis, klitik berada di antara kata dan imbuhan. Kata sendiri biasanya dimengerti sebagai unsur mandiri yang dipakai untuk membangun frasa maupun kalimat, sementara imbuhan menjadi satuan pembentuk kata yang menempel pada dasar atau akar kata. Meski klitik berada dari kata yang berdiri sendiri, namun klitik tidak bisa digolongkan sebagai kata karena telah mengalami proses reduksi.
Klitik dalam Bahasa Makassar
Dalam bahasa Makassar, atau Mangkasara’, terdapat beberapa klitik yang biasanya umum, misalnya:
- -mi
Saat mempersilakan orang lain makan, masyarakat Makassar akan mengatakan makanmi. Penyebutan kata ini sama artinya dengan “makanlah” dalam bahasa Indonesia. Makna lainnya yaitu saja, seperti contoh ambilmi “ambil saja”, bukami “buka saja”. Atau, bisa juga dimaknai telah atau sudah. Contohnya selesaimi dari tadi artinya pekerjaan sudah selesai dikerjakan dari tadi.
- -pi
Selain -mi, masyarakat Makassar juga kerap menggunakan klitik -pi yang umumnya berkaitan dengan waktu atau kala dan bisa diartikan nanti. Sebagai contoh, besokpi akan menyusul artinya besok aku akan menyusul. Atau, bisa juga bermakna lagi, tambah duapi artinya tambah dua lagi.
- -ji
Ada juga klitik -ji, yang artinya adalah “cuma” dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kitaji di hatiku artinya cuma kamu di hatiku. Di dalam dialek Makassar, kita diartikan sebagai bentuk halus dari “kamu”. Jadi, saat memanggil orang lain, masyarakat Makassar akan menyebutnya dengan kita bukan “kamu” atau “kau” seperti layaknya bahasa Indonesia.
- -ki
Berbeda dengan klitik sebelumnya, klitik -ki biasanya lebih sering digunakan untuk memastikan kebenaran informasi. Contohnya, Putuski Ayub dengan Rara? Artinya adalah Benarkah Ayub dan Rara putus? Selain itu, klitik ini bisa juga merujuk ke orang ketiga atau “dia”. Misalnya datangki “dia datang”, pulangki “dia pulang”, atau adaki “ada dia”.
- -ki’
Ditulis dengan huruf yang sama, klitik -ki dan -ki’ mempunyai arti yang berbeda. Sebab, -ki’ lebih sering digunakan untuk orang tua sehingga lebih terdengar santun. Misalnya saja, masukki’, makanki’, janganki’ malu-malu, yang artinya adalah mari masuk, makan saja, jangan malu-malu.
Selain kelima klitik di atas, ada juga klitik -ko yang digunakan untuk orang yang sebaya atau dipakai saat sedang emosi. Sebagai contoh kubenciko, janganko muncul lagi di hadapanku artinya aku benci kamu, jangan muncul lagi di hadapanku.
Ada pula klitik -mo, yang merujuk pada kata saja atau mengajak misalnya saya mo artinya saya saja, kau mo yang pilih tempat artinya kamu saja yang pilih tempat.
Itu dia ulasan tentang beberapa klitik dalam bahasa Makassar. Semoga bermanfaat!